Selasa, 03 Maret 2015

[Flash Fiction] Kalimasada

            
            Jam menunjukkan pukul dua pagi ketika aku tergegas mengambil air wudhu. Seperti biasa, kuhayati dinginnya air yang membasuh tiap jengkal permukaan kulitku. Sunyi, senyap. Nikmat berupa pagi yang khusyuk dan damai seperti ini sungguh tak ternilai. Pikiranku lantas melayang, teringat pada satu peristiwa setahun lalu. Di pagi serupa, ketika hidupku berubah seketika.
            
            Saat itu kejadiannya begitu cepat. Mobilku melesat ke sisi jurang setelah kubanting stir agar terhindar dari tabrakan dengan truk yang hilang kendali. Sakit yang terlampau sakit, membuatku mati rasa.  suara istriku yang merintih samar. Tubuh kami tertindih, terjepit di antara pepohonan dan batuan. Aku pasrah, jika memang perjalananku harus terhenti. Istriku dan anak yang sedang dikandungnya selama sembilan bulan pun takkan terselamatkan.
            
            Tapi apa kuasaku ketika ternyata Tuhan punya kehendak lain? Ketika harapan hampir tiada, saat itu pula hidayah datang. Setitik cahaya lembut muncul dari arah depan, menerangi pandangan sekitarku yang gelap. Perlahan, cahaya itu seolah membelai puncak kepalaku. Lembut dan menenangkan, hingga aku merasa luka-lukaku pun sembuh. Aku tersadar.
            
            Seorang perawat tampak menghampiriku dengan bayi di gendongannya. “Pak, alhamdulillah… Istri anda selamat dan bayinya sehat. Dia laki-laki. Anda beri nama siapa?”
            
            “…Kalimasada.”


            
            Hari itu sekaligus menjadi Ramadhan pertama untukku. Karena sama dengan nama pusaka di dunia pewayangan, Kalimasada berarti: Kalimat Syahadat.






Flashfiction ini disertakan dalam e-book antologi cerpen berjudul #1435Karakter oleh Thumbstory. Read here: http://bit.ly/EBook1435Karakter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar